Lampung Selatan, Lensanewstv - Pada puncaknya, batu cincin bukan hanya dikenakan ia diperjuangkan. Di jari orang biasa sampai tokoh negara, batu cincin pernah menjadi simbol kepercayaan diri, status sosial, bahkan doa yang membatu. Tapi seperti banyak hal lain di negeri ini, batu cincin tumbuh liar, membesar tanpa arah, dan dibiarkan mati tanpa makna. Kita menyaksikan pasar batu runtuh, bukan karena kehilangan nilainya, tetapi karena kehilangan narasinya.
Indonesia adalah negeri yang kaya tapi selalu gagal mengelola kekayaan secara berdaulat. Batu cincin adalah mikro-kasus dari itu: kekayaan alam dijual murah, diserbu barang tiruan, dimain-mainkan tren sesaat, lalu dibuang ketika tidak lagi 'viral'. Di sisi lain, bangsa lain menjadikan komoditas budaya sebagai kekuatan lunak nasional—kopi Ethiopia, tenun India, ginseng Korea. Kita? Kita tertawa saat tren batu cincin mati, seolah itu hanya nostalgia, bukan peluang strategis.
Inilah saatnya kita berhenti memperlakukan batu cincin seperti hobi bapak-bapak pensiunan. Batu cincin harus dimaknai ulang sebagai perlawanan budaya terhadap arus globalisasi yang seragam. Sebagai gerakan ekonomi mikro yang berbasis lokal namun berorientasi global. Sebagai seni, warisan, dan investasi.
Kita butuh negara yang hadir, bukan sekadar untuk membuat festival seremonial, tapi menciptakan ekosistem—regulasi sertifikasi, dukungan riset geologi, kurikulum SMK batu dan logam, serta digitalisasi pasar. Kita butuh komunitas yang terorganisir, bukan hanya kumpul-kumpul lomba cincin, tapi juga advokasi produk lokal dan sistem distribusi yang modern.
Sun Tzu menulis: “Pertempuran dimenangkan sebelum perang dimulai.” Artinya, kemenangan adalah hasil dari strategi yang tajam, bukan keberuntungan. Jika hari ini kita tidak menyusun ulang strategi kebangkitan batu cincin, kita sedang memberi ruang bagi generasi mendatang untuk hanya mengenalnya sebagai kenangan absurd tahun 2015.
Batu cincin bukan soal kilau. Ia adalah soal akar. Dan bangsa yang tidak menjaga akarnya, akan tumbang di hembus angin zaman.
(Red, Kartarina)
Social Header